Info Terbaru 2022

Pedoman Pekan Raya Literasi Sekolah 2019

Pedoman Pekan Raya Literasi Sekolah 2019
Pedoman Pekan Raya Literasi Sekolah 2019

Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019

 Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun  Pedoman Festival Literasi Sekolah 2019
Download Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019

Pedoman Festival Literasi Sekolah 2019 - Literasi tidak hanya didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diharapkan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Pendidikan literasi baik literasi visual, digital maupun literasi non-digital, secara efektif berkontribusi menawarkan dasar perkembangan multi kecerdasan yang terpadu dan serasi dalam kepribadian remaja.

Pendidikan secara luas yang dilaksanakan berbasis literasi secara efektif berkontribusi menawarkan dasar perkembangan multi kecerdasan yang terpadu dan serasi dalam kepribadian remaja. Pendidikan literasi sangat diharapkan dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman, terutama tantangan masa 21, kawasan para generasi milenial dan post milenial tumbuh dan berkembang.

Menjawab hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas bekerja sama dengan PT Mizan Pustaka berupaya membudayakan literasi melalui penyaluran talenta minat dalam sebuat kegiatan kompetisi dan kerja sama bagi siswa Sekolah Menengan Atas yaitu Festival Literasi Sekolah (FLS). FLS mewadahi talenta dan minat akseptor latih dalam menghasilkan karya dongeng pendek, syair, dan komik serta karya seni d¬igital (meme, quotes, kinetic typography) yang terbagi dalam 4 bidang lomba yaitu cipta cerpen, cipta syair +D, cipta komik +D, dan cipta meme.

Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019 ini menggambarkan keseluruhan informasi mengenai FLS untuk dipakai sebagai tumpuan bagi para calon akseptor FLS tingkat Sekolah Menengan Atas dan pihak-pihak lain yang ingin memahami lebih dalam mengenai penyelenggaraan Program FLS tingkat SMA.

Latar Belakang Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019

Festival Literasi Sekolah (FLS) diarahkan sebagai salah satu proses pembentukan karakter. FLS tidak hanya mengarahkan akseptor latih untuk mahir berkesenian, tetapi dilatih pula untuk mempunyai kepekaan afektif, estetis, guna memperkuat rasa percaya diri melalui kesenian sebagai media ekspresi. Media literasi merupakan wahana bagi anak muda untuk mencurahkan intuisi dan estetika, serta gagasan dan imajinasi estetis yang tetap menjunjung tinggi kecerdikan pekerti dan etika.

Seiring dengan hal tersebut, FLS akan mengembangkan kreativitas remaja. Siswa-siswa Sekolah Menengah Atas yang kreatif akan bisa melahirkan ide-ide cemerlang, bisa mencari solusi atas banyak sekali persoalan, dan pada alhasil bisa mandiri. Sesuatu yang diungkapkan remaja melalui kreativitas seni tentunya akan dilihat sahabat sebaya dan orang cukup umur dengan demikian terciptalah komunikasimelalui media kreasi seni literasi.

Pendidikan literasi baik literasi visual, digital maupun literasi non-digital, secara efektif berkontribusi menawarkan dasar perkembangan multi kecerdasan yang terpadu dan serasi dalam kepribadian remaja. Pendidikan secara luas yang dilaksanakan berbasis literasi secara efektif berkontribusi menawarkan dasar perkembangan multi kecerdasan yang terpadu dan serasi dalam kepribadian remaja. Hal ini sejalan dengan semangat keterampilan masa ke-21 yang harus dimiliki setiap siswa semoga mempunyai kompetensi yang cukup dalam menghadapi persaingan di masa depan.

Keterampilan masa ke-21 tersebut sanggup diraih melalui pendidikan bermutu yang memerlukan pengembangan kecerdasan secara komprehensif dan bermakna. Aspek-aspeknya antara lain ialah untuk meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya (olah rasa/cerdas emosional dan sosial). Bekal keterampilan tersebut sanggup diraih melalui pendidikan bermutu melalui aspek-aspek yang sanggup meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya (olah rasa/cerdas emosional dan sosial).

Penjelasan atas Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 perihal Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 37, ayat (1), menyebutkan bahwa tujuan kajian seni dan budaya ialah membentuk karakter akseptor latih menjadi insan yang mempunyai rasa seni dan pemahaman budaya.

Atas dasar hal tersebutlah maka Kementerian Pendidikandan Kebudayaan bekerja sama dengan PT Mizan Pustaka mewadahi talenta dan minat akseptor latih dalam menghasilkan karya dongeng pendek, syair, dan komik serta karya seni digital (meme, quotes, kinetic typography), narasi digital (vlog, komik web, instastory, dll.), dokumenter digital, dan algoritma & pemrograman.

Kegiatan ini sebagai salah satu rangkaian kegiatan Festival Literasi Sekolah. Festival Literasi Sekolah mempunyai tujuan yang sama dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Tema umum Festival Literasi Sekolah 2019

Tema umum Festival Literasi Sekolah 2019 yaitu “Indonesia Romantis”. Tema tersebut mengajak remaja untuk mengungkapkan cinta dengan cara masing-masing kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial dan alam, bahkan Indonesia. Tema tersebut dijelaskan dalam subtema khusus setiap kategori lomba, yaitu:
  1. Lomba Cipta Cerpen: “Caraku Mengungkapkan Cinta.”
  2. Lomba Cipta Syair +D: “Narasi Cinta untuk Negeri.”
  3. Lomba Cipta Komik +D : “Warna Cinta Indonesia.”
  4. Lomba Cipta Meme : “Seberapa Kuatkah Kamu Mencinta?”

Kategori Lomba Festival Literasi Sekolah Tahun 2019

  • Kategori Cipta Cerpen
Cerpen ialah karya fiksi berjenis prosa. Berisi imajinasi, pengalaman hidup, biografi, catatan perjalanan, dan masih banyak lagi. Teknis menulis cerpen sanggup berupa narasi, deskripsi, termasuk menyisipkan kutipan puisi atau lirik lagu. Cerpen diharapkan mempunyai dampak kasatmata bagi penulis maupun pembaca serta menarik untuk dibaca.
  • Kategori Cipta Syair +D
Syair merupakan puisi usang yang tiap-tiap bait terdiri atas 4 larik (baris) dan mempunyai rima yang sama. Kisahan atau imajinasi disusun untuk mengungkapkan rasa cinta dengan memakai kata-kata indah yang gampang dipahami pembaca. Remaja sanggup memanfaatkan kamus dan/atau thesaurus untuk mempermudah menemukan pilihan kata dalam penulisan syair.

Syair +D ialah syair yang disajikan bersama bentuk visual, gerak, dan bunyi (kinetic typography). Kinetic typography ialah suatu upaya untuk memanfaatkan unsur typo (huruf) sebagai medium ekspresi naskah syair.
  • Kategori Cipta Komik +D
Komik merupakan media “antara” yang menghubungkanmedia buku dan media film. Karena itu, komik sanggup dimasukkan ke dalam rumpun sequential art. Komik sanggup memunculkan gambar-gambar yang terjuxtaposisi (berurutan), sehingga membentuk satu narasi melalui susunan dari serangkaian panel. Cerita komik mempunyai bermacam genre yang berasal dari imajinasi, fantasi, pengalaman hidup, biografi, catatan perjalanan, IPTEK, dan masih banyak lagi. Selain cerita, komik juga berkisah melalui visual menyerupai karakter, background/ latar belakang, serta imbas visual lainnya menyerupai balon kata dan imbas suara.

Komik +D ialah tranformasi dari komik konvensional (media on surface) menjadi media on screen dengan adanya perubahan pada tata bahasa rupa (visual grammar, kosa-rupa (visual vocabulary), dan metode produksinya.
  • Kategori Cipta Meme
“Meme” berasal dari kata “Mimeme” (dibaca Mim) dari bahasa Yunani yang berarti duplikat atau tiruan. Secara harfiah meme memberikan pesan memakai gambar dan teks dengan pendekatan yang bersifat satir/karikatural terhadap suatu fenomena sosial.

Meme visual sebagai gambar digital didalam mediasosial merupakan sebuah cara berkomunikasi dalam bentuk bahasa estetika seni masyarakat postmodern yang di konsumsi dan diproduksi secara massal oleh banyak sekali kelas sosial yang ada di masyarakat. Gambar meme berhasil melintasi dan memecahkan kebekuan, kekolotan yang terjadi dalam dikotomi klasik antara budaya tinggi yang dulu di agungkan oleh kelas sosial atas dengan budaya rendah atau budaya terkenal yang di miliki kelas sosial bawah. Tidak ada lagi klaim budaya tinggi atau budaya rendah. Kehadiran gambar meme justru seolah meleburkan garis perbedaan di antara kedua sub kebudayaan tersebut. Peleburan inilah kemudian yang mengkonstruksi meme menjadi budaya massa menyerupai kini ini. Karena sifatnya yang luwes dan cair, ia bisa berada dimana saja, berada pada kelompok yang mana saja.

Lebih terperinci dan lengkapnya lagi mengenai Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019 bisa dilihat melalui preview atau eksklusif saja Unduh melalui tautan link yang sudah kami sediakan dibawah


Itulah kiranya preview dari file yang dibagikan kali ini. Bagi Anda yang membutuhkan secara lengkap dalam bentuk file, kami sudah sediakan melalui tautan link dibawah ini ;
Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019 SIMPAN
Demikianlah kiranya membuatkan informasi dan file mengenai Pedoman Festival Literasi Sekolah Tahun 2019, semoga bermanfaat. 
Advertisement

Iklan Sidebar